Konon
motif sidoluhur dibuat khusus oleh Ki Ageng Henis untuk anak keturunannya.
Harapannya agar si pemakai dapat berhati serta berpikir luhur sehingga dapat
berguna bagi masyarakat banyak.
Menurut
seorang pengamat budaya Jawa, Winarso Kalinggo, motif itu kemudian
dimanifestasikan ke selembar kain (dicanting) oleh Nyi Ageng Henis. Nyi Ageng
sendiri adalah seorang yang mempunyai kesaktian. Mitosnya, Nyi Ageng selalu
megeng (menahan) nafas dalam mencanting sampai habisnya lilin dalam canting
tersebut. Hal itu dimaksudkan agar konsentrasi terjaga dan seluruh doa dan
harapan dapat tercurah secara penuh ke kain batik tersebut.
Sampai
sekarang pun, secara umum, proses penciptaan batik masih sama seperti jaman
dulu. Laki-laki membuat motif, yang wanita mencanting. Pada proses penciptaan
motif parang juga seperti itu. Panembahan Senopati (bertahta 1540–1553 J)
dikenal sebagai pencipta motif parang. Panembahan mendapat inspirasi semasa ia
melakukan teteki (menyepi dan bersemadi) di goa pinggir Laut Selatan. Ia begitu
kagum terhadap stalagmit dan stalaktit yang ada di dalam goa yang dalam
pandangan Panembahan sangat khas khususnya pafa saat gelap. Setelah menjadi
Raja Mataram, ia pun menyuruh para putri kraton untuk mencanting motif
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar